PABU
PABU
Khazanah Islam 08 Jun 2023

HAKIKAT KEMULIAAN DISISI ALLAH SWT

Oleh: Humas Pabu

humaspabu@gmail.com

 

 

Sahabat Pabu, dalam kehidupan yang serba fana ini seringkali kita jumpai persepsi yang salah tentang hakikat kemuliaan seorang manusia. Sebagian manusia menganggap kemuliaan seseorang terletak pada banyak harta yang dimiliki, atau seberapa tinggi jabatan atau kedudukan yang dipegang, atau seberapa dalam ilmu yang dimiliki atau juga gelar-gelar yang disandang.

Orang mulia bukanlah orang yang di mana-mana dimuliakan orang, tetapi adalah orang yang senantiasa berbuat kemuliaan. Jadi orang mulia adalah subjek dan bukan objek. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hujarat ayat 13:


إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Artinya: "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah SWT ialah orang yang paling takwa diantara kamu." (QS. Al-Hujarat: 13)

Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang mulia adalah para pelaku perbuatan mulia, yakni mereka yang melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Jadi mulia tidaknya seseorang tidak ada hubungannya dengan bagaimana ia diperlakukan di tengah-tengah masyarakatnya seperti dihormati atau tidak, tetapi sejauh mana ia melakukan perbuatan-perbuatan mulia yang disebut ketakwaan seperti beriman kepada Allah SWT, berbakti kepada orang tua, sabar, jujur, adil, rendah hati, menghormati orang lain dan sebagainya. 

Semakin banyak seseorang melakukan perbuatan mulia, ia semakin tinggi derajat kemuliaannya meskipun mungkin ia bukanlah orang terhormat di masyakat karena faktor-faktor duniawi seperti tidak memiliki jabatan penting, tidak memiliki kekayaan berlimpah, tidak memiliki nasab tinggi, dan sebagainya.  Contoh konkret orang mulia yang tidak dimuliakan atau dihormati masyarakat adalah Uwais Al-Qarni. Ia adalah seorang pemuda miskin penduduk desa Qaran di Yaman yang sering ditertawakan, diolok-olok, dan dihina oleh orang-orang di sekitarnya, tetapi selalu sabar diperlakukan seperti itu.

Banyak orang yang memiliki harta, kedudukan, kekuasaan, ilmu, gelar, dan lain-lainnya. Tetapi karena tidak diiringi dengan ketakwaan, maka hal-hal tersebut ternyata justru membawa mereka kepada kehinaan. Orang kaya bisa mulia dengan kekayaannya jika dia bertakwa, tetapi dia juga bisa jatuh.

Sebagai mahluk yang diciptakan dengan mengemban misi mulia untuk menjadi pemimpin di muka bumi; manusia diciptakan dengan kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh mahluk ciptaan Tuhan yang lain. Kelebihan-kelebihan ini selain diciptakan untuk menunjang fungsi dan kinerja manusia sebagai pemimpin di muka bumi.  Ia juga berfungsi sebagai penanda kemuliaan dan meninggikan martabat manusia diatas mahluk yang lain. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Isra ayat 70:

وَلَـقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِىۡۤ اٰدَمَ وَحَمَلۡنٰهُمۡ فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنٰهُمۡ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلۡنٰهُمۡ عَلٰى كَثِيۡرٍ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيۡلً

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra: 70)

Kualitas ilmu dan akal yang baik akan mengantarkan manusia kepada kebijaksanaan. Kebijaksanaan membawa kepada kebenaran, dan kebenaran akan membawa kepada ketakwaan. Maka dari itu sesungguhnya kemuliaan yang sejati bukanlah kemuliaan yang sifatnya lahiriah; tetapi kemuliaan manusia yang sejati terletak pada aspek batiniahnya.

 

 

Semoga bermanfaat.

Tag: Pabu Foundation, Sedekah Bekasi, Yayasan Yatim Sedekah, Info Bekasi