PABU
PABU
Khazanah Islam 29 May 2023

MENINGGALKAN PERKARA YANG TIDAK BERMANFAAT

Oleh: Humas Pabu

humaspabu@gmail.com

 

 

Sahabat Pabu, Dalam melakukan berbagai hal, hendaknya kita harus memperhatikan bermanfaat atau tidaknya hal tersebut. Jangan sekedar ikut-ikutan atau asyik-asyikan. Sebab baik untuk orang lain belum tentu baik untuk kita. Dan kadang hal yang mengasyikan justru akan merugikan kita. Misalnya, mengisi hari libur kerja dengan bercengkrama bersama keluarga di rumah akan lebih bermanfaat, daripada menghabiskan uang dengan mengunjungi berbagai tempat.

Diantara tanda baiknya seorang muslim adalah ia meninggalkan hal yang sia-sia dan tidak bermanfat. Waktunya diisi hanya dengan hal yang bermartabat untu dunia dan akhiratnya. Sedangkan tanda orang yang tidak baik islamnya adalah sebaliknya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Islam mengajarkan, melakukan segala sesuatu hendaknya didasari atas manfaat yang hendak didapatkan. Di mana, manfaat ini berupa hal-hal baik yang sudah dijelaskan oleh Islam melalui Al-Qur’an dan hadis. Bukan hal baik yang berdasar penilaian manusia saja, namun bertentangan dengan ajaran Islam. Meminum-minuman keras barangkali dianggap baik bagi sebagian orang, sebab konon dapat mengurangi beban pikiran. Tapi, menurut Islam meminum minuman yang memabukkan adalah haram hukumnya.

Namun, penting untuk diketahui bahwa hal-hal yang bermanfaat dalam ajaran Islam tidaklah melulu ibadah semacam shalat atau menolong orang lain. Bisa juga dengan melakukan sesuatu dengan harapan menghasilkan sesuatu yang dianggap baik menurut Islam. Tidur bisa jadi sesuatu yang tampaknya bukan ibadah dan tak begitu bermanfaat dalam Islam. Tapi, bila tidur dengan harapan agar nantinya pas waktu shalat, mengaji atau bersekolah tidak mengantuk, maka dengan sendirinya tidur menjadi ibadah.

Anjuran melakukan segala sesuatu atas dasar manfaat yang dikandungnya termaktub dalam hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dan selainnya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-  قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-مِنْ حُسْنِ إسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيْهِ

“Diriwayatkan dari Abi Hurairah –semoga Allah menridhainya- ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Termasuk baik Islam seseorang  adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.”

Hal yang bermanfaat menurut Islam dan menurut pandangan manusia sebenarnya tidaklah jauh berbeda. Islam secara umum menerapkan pentingnya menjaga lima hal penting. Di antaranya perihal jiwa, harta, keturunan dan akal. Dan secara umum, tanpa ajaran agama pun manusia menaruh perhatian besar terhadap empat hal ini. Di antaranya adalah seseorang bebas melakukan sesuatu selama tidak melanggar hak-hak orang lain terkait empat hal tersebut.

Meninggalkan yang tidak bermanfaat sama dengan meninggalkan yang haram, sebab ia akan menjerumuskan pelakunya ke neraka. Ia berbahaya, sangat berbahaya. Ia juga bermakna meninggalkan yang makruh, karena meski bila dikerjakan tidak mengapa namun menyiakan kesempatan memperoleh pahala dengan meninggalkannya. Meninggalkan yang tidak berguna bahkan mencakup hal-hal yang mubah.

Membaca berita boleh-boleh saja. Tapi ketika melewati sudah melewati batas kewajaran, ia tak lagi berguna, tinggalkanlah. Berbincang dengan kolega mubah hukumnya. Namun bila sudah terlalu banyak tanpa maslahat, ia tidak lagi berguna, tinggalkanlah. Sebaliknya semua hal yang berguna bagi seseorang hendaknya ia bersemangat mengerjakannya, jangan sampai ia tinggalkan, seperti ibadah wajib dan sunah, belajar, meraih prestasi, membaca artikel dan berdiskusi yang bermanfaat di dunia atau akhirat, dan seterusnya.

Oleh sebab itu, hendaknya kita senantiasa berusaha membenahi diri sendiri sebelum berusaha membenahi orang lain. Jikalau telah beristiqamah (dalam kebaikan), lantas kita berusaha untuk memadukan antara penerapan ajaran agama Allah SWT dalam diri sendiri dengan usaha untuk mendakwahi orang lain, di saat itulah kita benar-benar berada di atas petunjuk salf, dan niscaya Allah SWT akan menjadikan kita bermanfaat (untuk umat). Itulah (karakteristik) para da’I sunnah dengan perkataan dan perilakunya. Metode ini insyaAllah, benar-benar merupakan tingkatan tertinggi, yang mana jika seseorang telah berhasil mencapainya, makai a termasuk hamba Allah SWT yang paling tinggi kedudukannya kelak di hari akhir.

 

 

Semoga bermanfaat.

Tag: Pabu Foundation, Sedekah Bekasi, Yayasan Yatim Sedekah, Info Bekasi